Home    Untuk Serap Emisi Karbon, UGM Kembangkan Inovasi Kayu Sebagai Pengganti Besi dan Semen

Untuk Serap Emisi Karbon, UGM Kembangkan Inovasi Kayu Sebagai Pengganti Besi dan Semen

Tahukah kita bahwa lebih dari 30% penyumbang emisi karbon dari total emisi karbon dunia adalah bangunan konstruksi.  Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) dari Fakultas Teknik dan Fakultas Kehutanan bekerjasama dalam menciptakan inovasi bahan bangunan berbahan dasar kayu yang terbukti dapat menyerap karbon, alih-alih melepas gas rumah kaca. 

Article

Menurut Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, Diana Kusumastuti, besi dan semen ini menyumbangkan emisi yang terbesar. Sementara, semua bangunan gedung di Indonesia ini menggunakan konstruksi besi dan semen. Pemanfaatan bahan bangunan yang renewable dengan emisi karbon yang rendah ini perlu didorong. Hal ini disampaikan dalam seminar bertajuk “Best Practice of Design and Construction of High-Rise Timber Buldings” dikutip dari laman ugm.ac.id. 

Berikut keunggulan bahan material kayu 

  1. Bahan kayu bersifat dapat diperbaharui dan memiliki periode tumbuh yang pendek, 5-10 tahun. Kelebihan material kayu ini bahkan bisa diterapkan pada bangunan gedung. Namun akibat minimnya reboisasi hutan dan tren bangunan berbahan semen, penggunaan kayu sebagai bahan dasar bangunan mulai dan banyak ditinggalkan. 
  2. Di satu sisi, bangunan kayu terbukti 40-50 persen lebih ringan dibandingkan dengan bangunan beton dan besi.
  3. Sifat elastistas kayu hingga titik tertentu dan akan bersifat fleksibel bila diberi tekanan. Hal itu berbeda dengan semen dan beton yang tidak memiliki elastisitas.
  4. Kelebihan ini membuat bangunan kayu cenderung lebih tahan terhadap bencana gempa. 
  5. Gedung tinggi yang berbahan dasar kayu bahkan bisa menyerap hingga 3.100 ton karbon. Sebaliknya, bangunan beton justru mengeluarkan sekitar 1.200 ton karbon

Recently Listed Properties

Pakar Kehutanan UGM, Tomy Listyanto, menyampaikan bahwa inovasi penggunaan kembali kayu untuk bahan bangunan perlu diiringi dengan strategi berkelanjutan. Karena deforestasi di Indonesia pernah mengalami yang berlebihan, sehingga seolah-olah menggunakan kayu itu merusak hutan.

Sebagai produk yang dapat diperbaharui, di Indonesia kerap lupa menanam setelah memanen. Di Indonesia sendiri memiliki hutan produksi terbatas 2,8 hektare, hutan produksi 29,33 hektare, kemudian hutan produksi yang bisa dikonversi 12,79 hektare.

Tony mengatakan strategi penggunaan bangunan berbahan dasar kayu dapat menjadi alternatif yang berpotensi besar dalam rangka tujuan pengurangan emisi karbon dunia. Hanya saja, inovasi tersebut perlu dikaji ulang dari segi kebijakan dan aturan pemerintah agar dapat menerapkan pembangunan berkelanjutan. Produsen bangunan kayu harus tetap memiliki tanggung jawab untuk menanam kembali pohon yang telah ditebang. Kayu yang dipilih sebagai bahan bangunan harus memenuhi standar nasional agar kuat dan aman untuk ditinggali.

Rektor UGM Ova Emilia mengatakan bagian dari universitas adalah melakukan research and development bekerja sama antara universitas, industri, dan praktisi. Dia menyebut penting bisa memanfaatkan hal yang dimiliki tetapi juga dapat berpikir dengan konsep berkelanjutan. UGM mempunyai satu misi yang disesuaikan dengan kondisi global, yaitu dengan adanya perubahan iklim yang membuat kita berubah akan banyak hal. 

Sumber: https://www.medcom.id/pendidikan/riset-penelitian/RkjGXjWK-peneliti-ugm-kembangkan-bahan-bangunan-pengganti-besi-dan-semen-dari-kayu-untuk-menyerap-karbon

Our Agents

Temukan Hot Buyers Anda bersama kami di : >>https://t.co/UzgoSitdSx?amp=1<<

Ikuti perkembangan terbaru Info Terupdate seputar Properti hanya di reginarealty.co.id

 

34472Like

Related Articles