Stockholm Wood City, Kota Kayu Terbesar di Dunia Dibangun di Swedia
Atrium Ljungberg, pengembang properti yang berbasis di Swedia sedang mengembangkan kota di Stockholm. Yang menarik dari pengembangan ini adalah ini akan menjadi proyek kayu massal terbesar sedunia lantaran material yang digunakan adalah kayu tanpa menggunakan beton sama sekali.
Dikutip dari Time, proyek tersebut berada di bekas kawasan industri yang menjadi rumah bagi salah satu proyek real estate terbesar di Stockholm, yaitu Sickla. Di pinggiran ibu kota Swedia, proyek ‘Stockholm Wood City’ ini sudah berjalan sejak Oktober 2024 kemarin. Rencananya, pada 2027 nanti kota ini akan menyediakan 2 ribu rumah baru.
Article
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Institut Lingkungan Finlandia dan Universitas Aalto pada 2020 silam, setengah dari emisi industri konstruksi Eropa dapat diimbangi dengan pembangunan menggunakan kayu sebagai pengganti beton dan baja di 80 persen bangunan baru.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan utama Atrium Ljungberg untuk meningkatkan konsep keberlanjutan dalam proyek konstruksi. Tak hanya itu, perusahaan ini juga mengangkat ide soal bangunan yang terbuat dari material alami dapat membantu meningkatkan kesejahteraan penghuninya.
Menurut Direktur Pengembangan Bisnis Håkan Hyllengren, masyarakat dapat menceritakan tentang bagaimana membangun kota yang layak huni, bagaimana menambahkan alam ke dalam kota itu dan membangun sesuatu yang berkelanjutan. Bukan hanya soal kayu, tetapi konsepnya secara keseluruhan.
Karena besarnya skala proyek ini, Hyllengren berharap Stockholm Wood City bisa menjadi ‘pameran internasional’. Proyek ini akan menjadi kawasan kayu “multiguna” terbesar di dunia. Dalam 2 tahun ke depan, apartemen, sekolah, dan ribuan ruang kantor akan tersedia.
Recently Listed Properties
Sebagian besar pembangunan kota kayu ini akan menggunakan produk rekayasa, yaitu cross-laminated timber (CLT) atau kayu laminasi silang. Lapisan panel kayu dieratkan sehingga membentuk sudut yang tegak lurus, dengan ini kayu akan memiliki kekakuan dan kekuatan yang hampir setara dengan baja atau beton.
CLT mudah diproduksi secara lokal dan berkelanjutan di Scandinavia lantaran kawasan tersebut memiliki hutan yang melimpah, sekitar 70 persen Swedia adalah hutan. Swedia menjadi negara pertama di dunia yang mewajibkan reboisasi pada 1903 silam. Dengan begitu, aspek keberlanjutan bukan lagi hal yang perlu dikhawatirkan.
Hyllengren mengaku tak memiliki masalah dengan ketersediaan kayu. Pasalnya, Swedia memiliki lebih banyak hutan dibandingkan 100 tahun yang lalu karena proses reboisasi.
Menurut Hyllengren, kayu lebih ringan dan lebih mudah dibangun dibandingkan beton, sehingga membatasi penggunaan energi dan mesin berat. Dengan begitu, sebagian emisi karbon dapat dikurangi pada proses konstruksi.
Dalam sebuah studi yang dilakukan pada 2020 lalu oleh Institut Lingkungan Finlandia dan Universitas Aalto, material kayu menyimpan karbon daripada mengeluarkannya karena pohon menyerap karbon dioksida.
Tak hanya itu, apabila bangunan sudah tidak lagi diperlukan di masa depan, kayu akan lebih mudah dibongkar daripada beton. Kemudian, kayunya masih bisa didaur ulang atau digunakan kembali, sehingga semakin memperpanjang siklus hidupnya.
Kapan Indonesia yang menjadi salah satu penghasil kayu terbesar dunia bisa memiliki kota yang berbasis kayu seperti Stockholm Wood City?
Our Agents
Temukan Hot Buyers Anda bersama kami di : >>https://t.co/UzgoSitdSx?amp=1<<
Sumber: Detik.com, WoodCentral.com.au, rprealtyplus.com
40544Like