Home    Standar Membangun Rumah Tahan Gempa Dari BNPB

Standar Membangun Rumah Tahan Gempa Dari BNPB

Mengutip situs BNBP.go.id, sebanyak 271 jenazah korban gempa bumi Cianjur telah teridentifikasi hingga Rabu 23 November 2022. Pendataan sementara, korban luka tercatat 2043 orang dan mengungsi 61908 orang. Sedangkan sebanyak 56320 rumah mengalami kerusakan dengan rincian 22241 unit rumah rusak berat, 11641 rumah rusak sedang dan 22090 unit rumah rusak ringan.

Ini menunjukkan pentingnya bangunan rumah tahan gempa untuk meminimalir jumlah korban akibat gempa bumi. Apalagi di negeri Indonesia ini tergolong daerah yang rawan gempa karena dilintasi oleh tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.

Our Agents

Rumah tahan gempa bukan berarti 100% akan kuat menahan gempa. Gempa bumi terjadi dengan magnitudo yang berbeda serta durasi yang berbeda di setiap kejadian. Namun rumah tahan gempa setidaknya akan memberikan ruang bagi penghuni untuk dapat menyelamatkan diri. BNPB telah mensosialisasikan pembangunan rumah tahan gempa dan dimuat pada laman situs BNPB.go.id dan dirangkum sebagai berikut :

Dilansir pada situs BNPB.go.id, terdapat 4 persyaratan pokok untuk rumah tahan gempa yang masing-masing memiliki kriteria tertentu.

  1. Bahan Bangunan
  2. Struktur Utama
  3. Hubungan Antar Eleman Struktur
  4. Pengecoran Beton

Bahan Bangunan

Bahan bangunan yang dipergunakan dalaam pembangunan bangunan tahan gempa harus berkualitas baik dan proses pengerjaan yang benar.

  1. Beton; Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat campuran beton adalah: Campuran beton terdiri dari semen: 2 pasir: 3 kerikil : 0,5 air. Perlu diperhatikan penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit dan disesuaikan agar beton dalam keadaan pulen (tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental). Ukuran kerikil yang baik maksimum 20mm dengan gradasi yang baik. Semen yang digunakan adalah semen tipe 1 yang berkualitas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
  2. Mortar. Campuran volume mortar memiliki perbandingan 1 semen : 4 pasir bersih : air secukupnya. Pasir yang dipergunakan sebaiknya tidak mengandung lumpur karena lumpur dapat mengganggu ikatan dengan semen.
  3. Batu Fondasi. Pondasi terbuat dari batu kali atau batu gunung yang keras dan memiliki banyak sudut agar ikatan dengan mortar menjadi kuat.
  4. Batu Bata. Batu bata yang digunakan harus memenuhi syarat: bagian tepi lurus dan tajam, tidak banyak retakan, tidak mudah patah, dan dimensi tidak terlalu kecil dan seragam. Selain itu batu bata yang baik akan bersuara lebih denting ketika dipukul satu sama lain. Sebelum batu bata dipasang lakukan perendaman bata sekitar 5-10 menit hingga tercapai penuh permukaan kering pada bata. Kemudian dikeringkan sebelum direkatkan dengan mortar. Hal ini dilakukan agar tingkat penyerapan bata terhadap air campuran mortar tidak terlalu cepat, karena pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan ikatan menjadi kurang kuat. Batu Bata yang baik pada saat direndam tidak banyak mengeluarkan gelembung dan tidak hancur
  5. Kayu. Kayu yang digunakan harus berkualitas baik dengan ciri-ciri: keras, kering, berwarna gelap, tidak ada retak, dan lurus

Struktur Utama

Proses konstruksi struktur utama harus memperhatikan ketepatan dimensi dan melalui metode yang benar. Struktur utama bangunan rumah tinggal tunggal terdiri dari:

  1. Pondasi. Pada kondisi tanah yang cukup keras pondasi yang terbuat dari batu kali
  2. Balok Pengikat / Sloof. Balok pengikat/sloof memiliki spesifikasi sebagai berikut ukuran balok pengikat/sloof 15x20cm, diameter tulangan utama 10mm, diameter begel 8mm, jarak antar tulangan begel 15cm, dan tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15mm.
  3. Kolom. Kolom memiliki spesifikasi sebagai berikut: ukuran kolom 15 x 15 cm; diameter tulangan utama baja 10 mm; diameter tulangan begel baja 8 mm; jarak antar tulangan begel 15 cm; dan tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15 mm.
  4. Balok Keliling / Ring. Balok keliling/ring memiliki spesifikasi sebagai berikut: ukuran balok keliling/ring 12 x 15 cm; diameter tulangan utama baja 10 mm; diameter tulangan begel baja 8 mm; jarak antar tulangan begel 15 cm; dan tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15 mm.
  5. Struktur Atap. Struktur atap berfungsi untuk menopang seluruh sistem penutup atap yang ada di atasnya. Struktur atap terdiri dari:
    • kuda-kuda kayu; Kuda-kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang paling panjang sekitar 12 m. Konstruksi kuda-kuda kayu harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh sehingga mampu memikul beban tanpa mengalami perubahan. Kuda-kuda kayu diletakkan di atas dua kolom berseberangan selaku tumpuan. Ikatan antar batang pada kuda-kuda kayu diperkuat dengan plat baja dengan ketebalan 4 mm dan lebar 40 mm atau papan dengan ketebalan 20 mm dan lebar 100 mm.
    • gunung-gunung/ampig; Bingkai gunung-gunung/ampig terbuat dari beton bertulang dengan spesifikasi sebagai berikut: ukuran bingkai 15 x 12 cm; tulangan utama dengan diameter 10 mm; tulangan begel dengan diameter 8 mm; dan tebal selimut beton 10 mm. Gunung-gunung/ampig terbuat dari susunan bata yang direkatkan dengan campuran mortar (perbandingan 1 semen : 4 pasir : air secukupnya) dan diplaster. Penggunaan bahan yang ringan seperti papan dan Glassfibre Reinforced Cement (GRC) juga dianjurkan untuk meminimalkan dampak apabila gunung-gunung/ampig roboh pada saat terjadi gempa.
    • ikatan angin. Ikatan angin berfungsi sebagai pengikat antar kuda-kuda kayu, antar gunung-gunung/ampig, atau antara kuda-kuda kayu dengan gunung-gunung/ampig agar berdiri tegak, kokoh, dan sejajar.
  6. Dinding. Dinding berfungsi sebagai pembatas dan tidak menopang beban. Dinding terbuat dari pasangan batu bata yang direkatkan oleh spesi/siar dengan perbandingan campuran 1 semen : 4 pasir : air secukupnya. Luas dinding maksimal adalah 9 m2 sehingga jarak palling jauh antar kolom adalah 3 m. Untuk menambah kekuatan, dinding diplaster dengan campuran mortar (perbandingan campuran 1 semen : 4 pasir : air secukupnya) ketebalan 2 cm.

Recently Listed Properties

Hubungan Antar Eleman Struktur

Seluruh elemen struktur bangunan tahan gempa harus menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan secara proporsional. Struktur bangunan juga harus bersifat daktail/elastis sehingga dapat bertahan apabila mengalami perubahan bentuk pada saat terjadi bencana gempa. Hubungan antar elemen struktur bangunan rumah tinggal tunggal tahan gempa terdiri dari:

  1. Hubungan antara pondasi dengan balok pengikat / sloof; Untuk menghubungkan pondasi ke balok pengikat/sloof ditanam angkur besi dengan jarak paling jauh tiap angkur adalah 1 m
  2. Hubungan antara balok pengikat / slooff dengan kolom; Pada hubungan antara balok pengikat/sloof dengan kolom, tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam balok pengikat/sloof dengan ‘panjang lewatan’ paling pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).
  3. Hubungan antara kolom dengan dinding; Antara kolom dan dinding dihubungkan dengan pemberian angkur setiap 6 lapis bata. Penggunaan angkur dengan diameter 10 mm dan panjang minimal 40 cm.
  4. Hubungan antara kolom dengan balok keliling / ring; Pada hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring, tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam balok keliling/ring dengan ‘panjang lewatan’ paling pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).
  5. Hubungan antara balok keliling / ring dengan kuda-kuda kayu; Pada hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring, tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam balok keliling/ring dengan ‘panjang lewatan’ paling pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).
  6. Angkur gunung-gunung; Dalam pasangan bata pada gunung-gunung diberi angkur setiap 6 lapis bata. Penggunaan angkur dengan diameter paling kecil 10 mm dan panjang minimal 40 cm.

Pengecoran Beton

Pengecoran beton baik pada kolom maupun balok harusmemperhatikan hal-hal sebagai berikut: pastikan cetakan/bekisting benar-benar rapat dan kuat/kokoh; pada pengecoran kolom dilakukan secara bertahap setiap 1 m; pada saat pengecoran harus dipastikan adukan di dalam cetakan padat dan tidak berongga untuk menghindari ada bagian yang keropos; pelepasan cetakan/bekisting paling sedikit 3 hari setelah pengecoran.

Untuk mempermudah pelepasan cetakan/bekisting dapat menggunakan minyak yang dilumurkan ke permukaan cetakan/bekisting. Untuk ppengecoran kolom dilakukan secara bertahap setiap 1 m. Sedangkan pada pengecoran balok keliling/ring, tulangan dirangkai di atas dinding. Cetakan/bekisting pada balok yang menggantung harus diberi penyangga di bawahnya menggunakan kayu atau bambu yang kuat menahan beban campuran beton.

Referensi :

  1. https://bnpb.go.id/berita/-update-271-warga-meninggal-dunia-pascagempa-cianjur-m-5-6
  2. http://inarisk.bnpb.go.id/prolog-acebs
  3. http://inatews2.bmkg.go.id/new/tentang_eq.php#:~:text=Indonesia%20merupakan%20daerah%20rawan%20gempabumi,bergerak%20relatip%20ke%20arah%20barat.

 

Article

 

Temukan Hot Buyers Anda bersama kami di : >>https://t.co/UzgoSitdSx?amp=1<<

Ikuti perkembangan terbaru Info Terupdate seputar Properti hanya di reginarealty.co.id

Klik di sini

32681Like