Gen Z Bimbang, Beli atau Sewa Properti?
Harga properti kini berlari seperti kereta cepat—tak menunggu siapa pun yang ragu melangkah. Tahun 2025 ditandai dengan kenaikan harga properti yang signifikan di berbagai kota besar Indonesia seperti Jabodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Berdasarkan data dari salah satu marketplace, harga rumah tapak di Jakarta meningkat 5–7 persen per tahun, sementara harga apartemen studio di pusat kota mulai dari Rp 600 juta.
Hal ini memunculkan dilema bagi generasi Z (Gen Z): membeli rumah atau menyewa?
Program Subsidi Pemerintah
Membeli rumah memang terdengar berat bagi Gen Z yang umumnya memiliki penghasilan rata-rata Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan. Namun, pemerintah kini aktif mendorong program rumah subsidi melalui BP Tapera, yang menawarkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan uang muka (DP) hanya 1 persen, cicilan sekitar Rp 1 juta per bulan, dan tenor hingga 15 tahun. Menariknya, rumah otomatis menjadi milik ahli waris tanpa sisa cicilan jika pasangan meninggal dunia.
Sebaliknya, menyewa apartemen studio di Jakarta berkisar Rp 3 juta–Rp 5 juta per bulan. Dalam jangka waktu lima tahun, penyewa bisa menghabiskan Rp 180 juta hingga Rp 300 juta tanpa memiliki aset apa pun. Jika memiliki tujuan menetap dan berinvestasi jangka panjang, membeli rumah subsidi dapat menjadi pilihan bijak. Namun, bagi individu yang masih ingin berpindah-pindah atau menjalani gaya hidup fleksibel, menyewa lebih relevan.
Beli Rumah adalah Investasi
Dari sudut pandang investasi, membeli rumah bisa dianggap sebagai bentuk menabung paksa. Nilai properti cenderung meningkat 5–10 persen per tahun (CBRE Indonesia, 2024), sehingga rumah senilai Rp 300 juta saat ini dapat bernilai Rp 500 juta dalam 10 tahun ke depan. Meski begitu, kepemilikan rumah juga disertai kewajiban membayar cicilan jangka panjang, bunga, pajak, dan biaya perawatan.
Di sisi lain, menyewa rumah memberi kebebasan untuk berpindah tempat tanpa beban biaya perawatan atau komitmen finansial jangka panjang. Namun, uang sewa tidak kembali sebagai aset. Survei Kompas (2024) menunjukkan bahwa 60 persen Gen Z di kota besar lebih memilih menyewa karena mengutamakan fleksibilitas dan menghindari keterikatan finansial.
Recently Listed Properties
Finansial Gen Z
Program rumah subsidi menjadi solusi menarik karena menawarkan harga tetap, DP rendah, dan cicilan terjangkau. Meski begitu, banyak Gen Z menghadapi tantangan finansial untuk menabung DP.
Menurut riset Tirto (2024), hanya 35 persen Gen Z memiliki tabungan di atas Rp 10 juta. Dengan disiplin menabung Rp 500 ribu per bulan selama 6–10 bulan, DP rumah subsidi masih bisa dicapai. Strategi seperti metode pengelolaan keuangan 50-30-20 dan mencari penghasilan tambahan (freelance atau bisnis online) dapat membantu.
Gaya Hidup Gen Z
Akhirnya, keputusan antara membeli atau menyewa bergantung pada gaya hidup dan perencanaan jangka panjang. Jika memiliki pendapatan stabil dan niat untuk menetap, membeli rumah—terutama lewat program subsidi—merupakan langkah cerdas. Tetapi, bagi mereka yang masih ingin mengeksplorasi berbagai kota atau karier, menyewa lebih fleksibel dan minim risiko.
Gen Z kini berdiri di dua persimpangan—antara memiliki atau menyewa rumah. Membeli rumah lewat program subsidi bisa jadi pijakan pertama menuju masa depan yang stabil. Sementara menyewa memberi kebebasan, namun sayangnya tanpa warisan nilai. Properti tak hanya tentang tempat tinggal, tapi tentang arah hidup. Di dunia yang terus bergerak, hanya keputusan yang tepat yang mampu mengakar kuat.
Our Agents
Temukan Hot Buyers Anda bersama kami di : >>https://t.co/UzgoSitdSx?amp=1<<
Sumber Kompas.com
43124Like